Bentuk Kelamin Hipospadia

Kenali Penyebab dari Bentuk Kelamin Hipospadia Anak Berikut Ini

Sunatpenak.com – Bagaimana cara mengenali penyebab dari bentuk kelamin hipospadia pada anak? Ini mungkin terdengar menakutkan bagi orang tua, namun dengan memahami kondisi ini sejak dini pun sangat penting juga.

Apa itu hipospadia? Kenapa anak bisa mengalami kondisi tersebut? Hipospadia adalah kelainan bawaan yang cukup sering ditemukan pada anak laki-laki, di mana lubang kencing tidak berada di ujung penis seperti seharusnya, melainkan di bagian bawah.

Mulai dari dekat kepala hingga skrotum. Kondisi tersebut terbentuk ketika perkembangan uretra dan kulit penis terganggu selama minggu ke-8 hingga ke-14 kehamilan Ibu, meskipun banyak orang tua masih belum mengetahui apa yang menyebabkan hal itu.

Hingga sekarang, penyebab pasti hipospadia belum sepenuhnya diketahui, namun penelitian terbaru menunjukkan adanya kombinasi faktor genetik, gangguan hormon, dan lingkungan yang berperan. Misalnya, anak berisiko lebih tinggi jika ayah atau saudara laki-laki juga mengalaminya, atau jika ibu mengalami obesitas, merokok, atau terpapar pestisida selama kehamilan.

Di artikel ini Ayah dan Bunda akan mengetahui lengkap penyebab-penyebab tersebut sehingga Anda bisa lebih waspada dan mengambil langkah yang tepat untuk kesejahteraan anak.

Penyebab Bentuk Kelamin Hipospadia Anak

Meskipun penyebab pasti hipospadia belum sepenuhnya diketahui, namun menurut penelitian terbaru menunjukkan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor. Mulai dari gangguan hormon selama kehamilan oleh Ibu, faktor genetik, hingga lingkungan.

Semua faktor ini bekerja bersama saat penis pada janin berkembang pada minggu ke-8 hingga ke-14 kehamilan, yang menjadi tahap penting untuk pembentukan uretra yang normal. Yuk, bahas satu per satu faktor yang berperan dalam terjadinya hipospadia pada anak berikut ini!

1. Gangguan Selama Perkembangan Janin

Gangguan Selama Perkembangan Janin

Hormon androgen terutama testosteron yang memainkan peran sentral dalam pembentukan organ kelamin pria janin. Ketika perkembangan uretra dan kulit penis berlangsung pada minggu ke-8 hingga ke-14 kehamilan, tubuh janin membutuhkan jumlah dan kualitas hormon yang tepat untuk proses ini.

Jika ada gangguan pada produksi hormon atau reseptor tubuh yang tidak dapat menanggapi hormon dengan baik, pembentukan uretra akan terganggu yang akhirnya menyebabkan hipospadia. Beberapa hal dapat memicu gangguan hormonal ini, seperti paparan estrogen sintetis atau zat kimia yang mengganggu endokrin selama kehamilan.

Misalnya, penggunaan hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan, termasuk progesteron yang digunakan dalam perawatan kesuburan, diduga dapat memengaruhi keseimbangan hormon janin. Hal ini membuat proses pembentukan uretra tidak berjalan sesuai rencana.

Ketidakseimbangan hormon androgen adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan hipospadia. Tanpa dukungan hormon yang cukup, penis janin tidak dapat berkembang dengan benar, menyebabkan lubang uretra terbentuk di posisi yang salah dan terkadang disertai dengan tekukan penis.

2. Faktor Genetik

Faktor Genetik 

Hipospadia memiliki kecenderungan genetik yang jelas. Jika ayah, saudara laki-laki, atau kerabat dekat anak juga mengalami hipospadia, risiko anak untuk mengalami kondisi yang sama akan meningkat.

Mutasi pada gen yang mengatur sintesis hormon seksual atau pembentukan organ genital juga dapat menjadi penyebab. Menurut penelitian di Halodoc, gen-gen ini berperan dalam mengontrol pertumbuhan uretra dan kulit penis selama kehamilan.

Jika ada kesalahan dalam gen tersebut, proses pembentukan akan terganggu dan menyebabkan hipospadia. Selain itu, hipospadia juga terkait dengan beberapa sindrom genetik, meskipun kasus ini lebih jarang.

Namun, bahkan tanpa sindrom tertentu, kombinasi gen dari orang tua dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan bawaan ini membuat faktor genetik menjadi salah satu yang tidak bisa diabaikan.

3. Kondisi Ibu Selama Kehamilan

Kondisi Ibu Selama Kehamilan

Kondisi lingkungan dan kesehatan ibu selama kehamilan memiliki peran penting dalam meningkatkan risiko hipospadia. Misalnya, ibu yang merokok atau terpapar asap rokok, pestisida, atau bahan kimia industri akan mengekspos janin ke zat berbahaya yang dapat mengganggu perkembangan uretra.

Hal tersebut sesuai dengan informasi yang menyebutkan paparan zat ini sebagai faktor risiko utama. Kondisi kesehatan ibu juga berperan, seperti obesitas, usia di atas 35 tahun, diabetes, dapat meningkatkan risiko.

Penelitian di Detik Health menunjukkan bahwa ibu dengan kelebihan berat badan memiliki risiko lebih besar karena adanya ketidakseimbangan hormon yang dapat memengaruhi janin. Usia ibu yang lebih tua juga terkait dengan perubahan hormonal yang bisa mengganggu proses pembentukan organ kelamin.

Upaya Pencegahan Hipospadia Anak

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah hipospadia, Anda bisa mengurangi risiko sejak sebelum merencanakan kehamilan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Namun, yang paling penting adalah berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok selama kehamilan.

Selain itu, pertahankan berat badan ideal, bahwa ibu dengan obesitas memiliki risiko lebih besar melahirkan anak dengan hipospadia, karena ketidakseimbangan hormon yang bisa mempengaruhi proses pembentukan organ kelamin.

Konsumsi asam folat juga menjadi upaya penting untuk mencegah hipospadia. Ahli merekomendasikan mengkonsumsi 400-800 mikrogram asam folat setiap hari, baik sebelum maupun selama kehamilan, karena zat ini membantu perkembangan sel janin, termasuk pembentukan saluran uretra.

Jangan lupa juga untuk menghindari paparan zat berbahaya seperti pestisida, bahan kimia industri, atau hormon sintetis tanpa konsultasi dokter. Jika Anda menggunakan perawatan kesuburan, diskusikan dengan spesialis tentang risiko yang mungkin terjadi dan langkah pencegahan yang bisa diambil.

Tidak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Dengan kunjungan teratur ke dokter, Anda bisa memantau kesehatan diri dan janin, serta mendapatkan nasihat yang disesuaikan. Dokter juga akan membantu mengelola kondisi kesehatan seperti diabetes atau tekanan darah tinggi yang bisa meningkatkan risiko hipospadia.

BACA JUGA : Layanan Sunat Modern untuk Anak

Faktor Risiko dan Konsultasi Sunat Anak

Sebelum memutuskan sunat anak, penting untuk mengenal faktor risiko yang mungkin muncul. Misalnya, anak dengan hipospadia, gangguan pembekuan darah, atau kondisi penis seperti buried penis yang membutuhkan penanganan khusus.

Anak yang obesitas juga memiliki risiko lebih tinggi kesulitan dalam prosedur, sehingga perlu teknik yang disesuaikan oleh dokter berpengalaman. Mengetahui faktor ini sejak awal dapat membantu Anda mengambil keputusan yang aman untuk buah hati.

Konsultasi dengan profesional medis sebelum sunat menjadi langkah krusial yang tidak boleh dilewatkan. Dalam konsultasi, dokter akan memeriksa kondisi fisik anak, menilai risiko yang mungkin terjadi, dan menjelaskan proses sunat secara rinci.

Dengan konsultasi yang tepat, Anda bisa meminimalkan risiko dan menciptakan pengalaman sunat yang positif bagi anak. Ingat, sunat adalah momen penting bagi anak, dengan perencanaan yang matang dan bimbingan profesional, Anda bisa memastikan prosesnya berjalan lancar dan aman.

Ingin sunat anak dengan pengalaman aman, nyaman, dan berkesan baik? Kunjungi website Sunatpenak, klinik asy-syifa Wonogiri yang menyediakan sunat modern dengan teknologi terkini, tim medis profesional, dan fasilitas ramah anak. Buka 24 jam untuk menangani kebutuhan Anda dan menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan setiap anak.

Segera hubungi atau buat janji temu untuk konsultasi gratis melalui tautan link di bawah ini! Sunatpenak, pilihan tepat untuk masa depan buah hati Anda.

 

Hubungi Kami

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top