Acara Sunatan Menurut Islam

Acara Sunatan Menurut Islam yang Sesuai Sunnah

Kebanyakan acara sunatan atau khitan sering menjadi momen penting yang dirayakan dengan berbagai bentuk acara. Ada yang mengundang sanak saudara, menyewa hiburan, sampai membuat tenda besar seolah sedang menggelar pesta besar-besaran. 

Namun, sebagai umat Islam, penting untuk memahami sebenarnya bagaimana acara sunatan menurut Islam yang sesuai sunnah? Apakah menggelar perayaan meriah saat khitan memang termasuk ajaran agama, ataukah sebenarnya hanya tradisi warisan budaya yang kemudian dikaitkan dengan praktik sunat?

Di sisi lain, memang tidak sedikit juga orang tua yang ingin merayakan khitan anaknya secara syar’i. Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana Islam memandang acara sunatan, adab yang disarankan, dan bagaimana bentuk syukur yang sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW.

Maka, dengan begitu setiap langkah yang dilakukan dalam menggelar acara sunatan untuk anak bisa tetap membawa nilai ibadah, bukan sekadar seremoni semata. Baca sampai selesai untuk tahu lebih banyak!

Makna Sunat dalam Islam

Sunat atau khitan di dalam Islam bukan sekadar prosedur medis semata. Melainkan,  juga bagian dari fitrah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, khitan termasuk dalam lima hal fitrah manusia yang menunjukkan kebersihan lahir dan batin.

Dengan menjalankan khitan, maka seorang Muslim dianggap telah memenuhi salah satu bentuk penyucian diri yang disukai Allah SWT. Maka dari itu, sunat bukan hanya soal kesehatan, tapi juga komitmen untuk hidup bersih sesuai tuntunan agama.

Lebih dari sekadar tindakan medis, khitan mengandung makna spiritual yang mendalam. Sebagian besar ulama meyakini bahwa khitan merupakan salah satu cara untuk meneguhkan identitas keislaman seorang anak laki-laki, sebagai bagian dari pengamalan ajaran Islam secara lebih utuh.

Walau terdapat perbedaan pendapat soal status hukumnya, wajib atau sunnah, namun sebagian besar ulama sepakat bahwa khitan merupakan praktik yang sangat dianjurkan dan tidak layak diabaikan

Maka, ketika orang tua memutuskan mengkhitankan anaknya, sejatinya mereka sedang mengantarkan anak pada salah satu bentuk ketaatan pertama dalam hidupnya.

Anjuran  Waktu untuk Khitan

Para ulama dan ahli kesehatan sepakat bahwa semakin dini dilakukan, semakin baik. Namun, idealnya, khitan dilaksanakan ketika anak masih kecil sekitar usia bayi hingga usia sekolah dasar. 

Selain lebih cepat proses penyembuhannya, anak juga belum terlalu sadar secara emosional, sehingga rasa takut atau trauma dapat diminimalkan. Banyak orang tua memilih waktu ini, karena anak belum aktif secara sosial dan kegiatan fisik pun masih bisa dikontrol.

Namun demikian, bukan berarti khitan pada usia remaja atau dewasa tidak diperbolehkan. Selama belum dilakukan, khitan tetap dianjurkan, bahkan wajib menurut sebagian besar ulama, terutama bagi laki-laki Muslim. 

Khitan sering menjadi salah satu langkah penyempurna bagi mereka yang baru memeluk Islam. Karena itu, waktu pelaksanaannya sangat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kesiapan fisik maupun mental anak atau individu yang akan dikhitan. Yang terpenting adalah prosesnya dilakukan dengan niat mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan tetap menjaga adab dalam pelaksanaannya.

Sunatan dalam Perspektif Islam

Islam, untuk acara sunatan atau khitan bukan sekadar tradisi turun-temurun, tapi bagian dari ajaran agama yang sarat makna. Meskipun,tidak jarang pelaksanaannya sering dibalut dengan acara meriah dan budaya lokal, Islam memiliki panduan yang jelas agar sunatan tetap berada dalam koridor syar’i. 

Penting bagi orang tua Muslim untuk memahami bahwa inti dari khitan adalah menjalankan perintah Allah dan meneladani sunnah Rasulullah SAW, bukan semata-mata mengikuti kebiasaan sosial yang sudah berkembang.

Saat akan mengadakan acara khitan, ada baiknya keluarga memahami nilai-nilai yang ingin dijaga dalam Islam, termasuk tidak berlebihan dalam perayaan, memperbanyak amal kebaikan, dan menghindari unsur pemborosan. Khitanan dapat menjadi kesempatan berharga bagi anak-anak dan keluarga untuk mendalami ajaran Islam mengenai ibadah, keikhlasan, dan pentingnya kesederhanaan.

1. Tidak Wajib Dimeriahkan

Tidak Wajib Dimeriahkan.

Islam tidak mewajibkan pesta atau perayaan besar saat sunatan. Fokusnya adalah pada pelaksanaan syariat, bukan kemewahan. Esensi khitan adalah pelaksanaan ibadah itu sendiri. 

Sayangnya, dalam praktik masyarakat, terkadang nilai ibadah justru tertutupi oleh kemewahan acara, hiburan berlebihan, dan biaya fantastis. Hal ini tentu tidak sejalan dengan prinsip hidup sederhana dan menghindari pemborosan yang diajarkan dalam Islam.

Bukan berarti membuat acara sunatan itu dilarang, tetapi sebaiknya tetap dalam batas kewajaran dan tidak menjadi beban. Banyak keluarga yang merasa harus menggelar pesta mewah demi gengsi atau tekanan sosial, padahal hal itu tidak ada tuntunannya dalam syariat. Islam justru menekankan syukur dan kepedulian sosial, bukan kemegahan acara.

2. Dianjurkan Bersedekah

Dianjurkan Bersedekah.

Daripada menghabiskan anggaran untuk hiburan atau dekorasi mewah, Islam lebih menganjurkan sedekah sebagai wujud syukur atas kelancaran khitan.

Bersedekah bisa dalam bentuk memberikan makanan kepada tetangga, membantu yang membutuhkan, atau menyumbang ke masjid. Ini sejalan dengan semangat sosial dalam ajaran Islam, yakni berbagi kebaikan di setiap momen bahagia.

Anjuran ini juga dapat menjadi pembelajaran bagi anak tentang arti memberi dan bersyukur. Jadi, sunatan bukan sekadar transisi biologis, tapi juga spiritual dan sosial. Keluarga bisa menjadikan acara sunatan sebagai kesempatan untuk menginspirasi nilai kebaikan dan kebersamaan dalam lingkungan sekitar.

3. Jaga Nilai Syar’i dan Kesederhanaan

Jaga Nilai Syar’i dan Kesederhanaan.

Penting untuk memastikan acara sunatan tetap menjaga nilai-nilai syar’i. Hindari bentuk hiburan yang tidak sesuai syariat seperti musik berlebihan, tarian yang tak pantas, atau campur baur antara laki-laki dan perempuan. 

Justru, acara bisa dibuat lebih bermakna dengan tausiyah, doa bersama, atau kegiatan islami lainnya yang memperkuat rasa syukur dan keimanan.

Kesederhanaan juga mencerminkan akhlak seorang Muslim. Rasulullah SAW sendiri selalu mencontohkan hidup sederhana, meskipun beliau memiliki kemampuan untuk hidup mewah. 

Maka dalam hal ini, untuk acara sunatan anak sebaiknya tidak mengubah momen ibadah menjadi ajang pamer atau persaingan sosial. Justru dengan menjaga nilai syar’i dan kesederhanaan tapi tetap memiliki makna dan sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.

Sunat Bukan Hanya Tradisi

Bagi sebagian orang, sunat mungkin sekadar adat atau budaya, padahal dalam Islam, khitan memiliki landasan syar’i kuat sebagai penyucian diri dan pengamalan sunah Nabi.

Lebih dari sekadar prosesi, sunat adalah bentuk ibadah yang menandai awal kedewasaan dan tanggung jawab seorang anak laki-laki dalam menjalani ajaran agama.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tidak hanya fokus pada seremoni atau perayaan, tetapi juga memahami nilai spiritual dan kesehatan yang terkandung dalam sunat. Dengan pendekatan yang tepat, proses ini bisa menjadi pengalaman yang nyaman dan bermakna untuk anak, sekaligus sarana menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini.

Ayah dan Bunda, jadikan momen sunat anak sebagai langkah awal membentuk generasi sehat dan islami. Konsultasi bersama layanan sunat yang profesional dan nyaman di sini. Prosedur aman, anak tenang, orang tua pun senang!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Open chat
Salam, dengan admin sunatpenak.com , saya ingin konsultasi tentang Sunat Penak Modern ..
Saya dengan bapak :...
Alamat / Domisili :....